Kami Belum Sembuh

Muhammad Ihsan Yurin


Pagi secerah ini
Aku amnesia nominal umurku berapa
Semburat mentari membuat dadaku sedikit lega
Berarti kiamat belum tiba saatnya

Aku berjalan meniti lorong seketika teman-temanku menodong dengan sumpah serapah sumringah macam serigala malam-malam melolong

Aku bengong

Mereka teman-temanku?
Wajahnya kurasa cukup tua

Aku sebaya mereka?
Masa iya?

Mereka menyuguhi segumpal kertas harum isi serbuk cokelat dengan komposisi padat
Komplit pemantik api besi yang sedikit berkarat
"Silakan," kata mereka cepat
"Ini barang laknat yang sering dihujat ustadz," aku terperanjat

Senyumku palsu dan lidahku kelu mendengar mereka berbincang tanpa ampun padaku yang masih saja lupa siapa aku dan berapa umurku
Mereka gila, pikirku
Penggoblok sentosa yang kebal respon terhadap lawan bicara
Semprul luar biasa

Saat bias jingga mentari terkikis padam
Pertanda tibanya sahabatku malam
Akhirnya para begundal di hadapanku beranjak pulang

Mereka semua telah hilang
Tenggelam ditelan gerbang lobi tempat mereka awalnya datang
Menyisakan aku bersama ratusan puntung laknat yang tadi mereka suguhkan

Aku melamuninya

Amnesiaku sembuh
Ternyata kami belum juga tumbuh


Saya (2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wadin dan Sarung Hijau Lumut

Salahkah Aku

Dialog Warung Kopi