Dialog Warung Kopi
Putri Sari Dewi Sketsa: Atar Abdullah Menghilangkan hakikat kopi. Tak pekat sepekat rindu Tak pahit sepahit cerita hidupku Dengan susu atau rindu itu pilihanmu. Dengan lancang kau berfatwa, di hadapan kopi berwarna yang kau hina-hina. Kulihat kau seperti pria yang hanya memuja selaput dara. Ku pesan kopi susu di kedai itu, tapi waktu datang tak terlihat seperti kopi bahkan susu, lebih terlihat minuman jus yang dulu dia anggap paling maknyus. Menghilangkan hakikat kopi yang ampasnya mengendap banyak dbawah, bukan di sekitar mulut penjaga kasir yang katanya mewah. Sudi kau terima aku di mejamu? Kutunjukkan potret kabut pagi. Lalu pengemis tanpa gigi. Lalu perempuan loper koran yang kehausan. Ketimbang kau mencaci gelasmu, sini hibahkan untukku. Kerongkonganku sudah kering sejak tadi. Tak apa ambillah gelas itu beserta isinya, tenggorokanku terlanjur muak dengan airnya. Aku lebih pilih beranjak pindah ke warung sebelah, mencari hakikat kopi yang