Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Dialog Warung Kopi

Gambar
Putri Sari Dewi Sketsa: Atar Abdullah Menghilangkan hakikat kopi. Tak pekat sepekat rindu Tak pahit sepahit cerita hidupku Dengan susu atau rindu itu pilihanmu. Dengan lancang kau berfatwa, di hadapan kopi berwarna yang kau hina-hina. Kulihat kau seperti pria yang hanya memuja selaput dara. Ku pesan kopi susu di kedai itu, tapi waktu datang tak terlihat seperti kopi bahkan susu, lebih terlihat minuman jus yang dulu dia anggap paling maknyus. Menghilangkan hakikat kopi yang ampasnya mengendap banyak dbawah, bukan di sekitar mulut penjaga kasir yang katanya mewah. Sudi kau terima aku di mejamu? Kutunjukkan potret kabut pagi. Lalu pengemis tanpa gigi. Lalu perempuan loper koran yang kehausan. Ketimbang kau mencaci gelasmu, sini hibahkan untukku. Kerongkonganku sudah kering sejak tadi. Tak apa ambillah gelas itu beserta isinya, tenggorokanku terlanjur muak dengan airnya. Aku lebih pilih beranjak pindah ke warung sebelah, mencari hakikat kopi yang

Tidak Terima

Gambar
Muhammad Ihsan Yurin Gambar oleh: M. Ihsan Yurin Aku benci mendapati kapitalisme mendominasi nurani sahabatku Aku muak menyadari sifat keji binatang bersarang lumut di dada rekanku Aku bingung harus apa karena semua mereka berpikir sama Dan aku depresi mendengar pengajar memupuk semua itu di benak mereka Kenapa aku beda? Apa aku harus juga agar selamat dari pestisida intra dan ekstra yang senantiasa mengganggu kepala? Beritahu aku Apa landasan aku menapak terlalu radikal? Apa PR-ku terlalu besar perihal mengubah mental? Aku bukan Jokowi Apalagi Prabowo Soeharto juga bukan aku sekali Aku adalah aku Aku ya aku Gitu Saya (2018)