Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Salahkah Aku

Gambar
Muhammad Ihsan Yurin Sketsa:  M Ihsan Yurin Mata mereka terus menyudutkanku. Jika kontras pencahayaan hari ini sedikit dinaikkan, niscaya mata mereka akan terlihat merah mengerikan bak monster di film kartun Jepang. Mereka juga berbisik agak kuat agar aku mendengar, sedang mereka tetap dalam posisi berbisik. Mereka seperti berkomplot untuk segera mengenyahkanku dari kampung ini. Memang apa yang salah denganku? Aku rasa bersikap jujur adalah keutamaan dalam hidup ini. Dan mereka membenciku karena aku jujur. Di umurku sekarang, memang aku belum memiliki seorang pun lelaki untuk kujadikan suami. Entah mengapa aku tidak merasa tergoda oleh lelaki-lelaki itu. Berahiku justru naik saat berkumpul dengan teman-temanku. Aku merasa nyaman dalam pelukan mereka. Dekapan mereka begitu tulus dan hangat. Tidak seperti lelaki. Tapi ini bukan penilaianku pada lelaki. Jujur saja, ketika aku pernah menjalin hubungan dengan seorang lelaki, air tawar lebih berasa ketimbang hubungan kami. Entahlah

Kami Belum Sembuh

Gambar
Muhammad Ihsan Yurin Pagi secerah ini Aku amnesia nominal umurku berapa Semburat mentari membuat dadaku sedikit lega Berarti kiamat belum tiba saatnya Aku berjalan meniti lorong seketika teman-temanku menodong dengan sumpah serapah sumringah macam serigala malam-malam melolong Aku bengong Mereka teman-temanku? Wajahnya kurasa cukup tua Aku sebaya mereka? Masa iya? Mereka menyuguhi segumpal kertas harum isi serbuk cokelat dengan komposisi padat Komplit pemantik api besi yang sedikit berkarat "Silakan," kata mereka cepat "Ini barang laknat yang sering dihujat ustadz," aku terperanjat Senyumku palsu dan lidahku kelu mendengar mereka berbincang tanpa ampun padaku yang masih saja lupa siapa aku dan berapa umurku Mereka gila, pikirku Penggoblok sentosa yang kebal respon terhadap lawan bicara Semprul luar biasa Saat bias jingga mentari terkikis padam Pertanda tibanya sahabatku malam Akhirnya para begundal di hadapanku beranjak pulang Merek

Hilang

Gambar
Mulya Candra Deva aku ingin bicara senja aku ingin bicara cinta tapi aku tak bisa semua sudah hilang tanpa beban hilang tanpa perasaan bergemelut dengan suara lirih dalam hati berharap rindu tapi sudah mati aku tak tahu, sebab pilu sudah menyelimutiku perasaanku hilang tanoa sebab tapi hati berharap menunggu aku pernah memintamu bahagia aku tak pernah memintamu kecewa bahkan aku tak pernah menunggumu terluka Batusangkar, 2018