Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Wadin dan Sarung Hijau Lumut

Gambar
 Putri Sari Dewi Wadin namanya. Orang-orang kampung mengenalnya sebagai pengumandang azan Surau Ar-Rahman. Anak-anak kampung sering memanggil Wadin dengan sebutan Pak Cik, sapaan lain untuk paman. Wadin hidup sebatang badan di rumah berdiameter empat-kali-empat Meter. Istrinya telah lama tiada sebab batuk berkepanjangan. Keteguran hantu penunggu hutan, guna-guna dan tenung ahli sihir kata orang-orang. Wadin masih memiliki sanak famili satu-satunya yang bermukim di "kampung tengah", alias perutnya sendiri. Agar silaturahmi dengan familinya tidak putus,  sehariannya Wadin mengumpulkan kayu bakar untuk ditukar uang. Ada yang menukarkannya dengan singkong atau beras. Senja itu Wadin berkemas hendak ke surau. Selayaknya hari-hari sebelumnya, ia menyalakan lampu teplok, membunyikan kentongan dan bedug yang berada di samping surau. Suara azan mengalun diantarkan angin bersaing dengan jangkrik senja itu. Segera saja, penghuni kampung beramai ramai menuju surau. Pak Dodoi

Sebuah Kisah Imajinspiratif Oh Yeah

Gambar
Muhammad Ihsan Yurin Waktu itu aku sedang berusaha mencabut selipan sisa daging rendang di antara sela gigiku. Sampai pegal rahang ini kurasa. Tapi sisa daging tak juga terlihat. Padahal di samping lidahku, aku merasakan “siluman” itu bergelayutan. Hampir setengah jam aku berkutat di depan kaca dan sebuah pinset, sampai tiba-tiba suara gemuruh itu muncul. Ternyata, terjadi sudah apa yang tetua-tetua adat desaku khawatirkan. Desa kecil kami diserang segerombolan orang-orang tak dikenal. Aku pun lari menyelamatkan diri bersama ibu, ayah, dan adik-adikku. *** Namaku Jarwo. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahku bernama Parjo dan ibuku Sumingkem. Untuk ibuku, kata nenekku, dahulu ketika dilahirkan, setelah beberapa jam beliau tak juga kunjung menangis. Karena itulah dia diberi nama Sumingkem. Mingkem artinya diam dalam bahasa Jawa. Sedangkan adik pertamaku bernama Panji dan si bungsu bernama Fatimah. Kami tinggal bahagia di sebuah desa kecil nan asri di balik buki