Wadin dan Sarung Hijau Lumut
Putri Sari Dewi Wadin namanya. Orang-orang kampung mengenalnya sebagai pengumandang azan Surau Ar-Rahman. Anak-anak kampung sering memanggil Wadin dengan sebutan Pak Cik, sapaan lain untuk paman. Wadin hidup sebatang badan di rumah berdiameter empat-kali-empat Meter. Istrinya telah lama tiada sebab batuk berkepanjangan. Keteguran hantu penunggu hutan, guna-guna dan tenung ahli sihir kata orang-orang. Wadin masih memiliki sanak famili satu-satunya yang bermukim di "kampung tengah", alias perutnya sendiri. Agar silaturahmi dengan familinya tidak putus, sehariannya Wadin mengumpulkan kayu bakar untuk ditukar uang. Ada yang menukarkannya dengan singkong atau beras. Senja itu Wadin berkemas hendak ke surau. Selayaknya hari-hari sebelumnya, ia menyalakan lampu teplok, membunyikan kentongan dan bedug yang berada di samping surau. Suara azan mengalun diantarkan angin bersaing dengan jangkrik senja itu. Segera saja, penghuni kampung beramai ramai menuju surau. Pak Dodoi