Postingan

Membela Jerinx SID di Tanah Anarki

Gambar
Oleh: Bagus Pribadi IDN Times Industri musik tanah air memang mempunyai warna dinamika sendiri. Salah satunya masalah  cover lagu antarmusisi. Sebenarnya sejak dahulu ada banyak kasus tentang cover lagu antarmusisi ini, namun entah saya belum lahir atau bodo amat, yang ada di ingatan saya sekarang hanya beberapa masalah seperti Payung Teduh dengan Hanin Dhiya. Hanin Dhiya ini terkenal dengan aktivitasnya di Youtube yang sering meng- cover lagu-lagu milik musisi lain, tentu saja. Ia pernah meng- cover lagu milik Payung Teduh yang berjudul Akad. Tapi Vokalis Payung Teduh, Is, merasa tak suka kepada Hanin Dhiya dengan berbagai alasan yang merugikan Payung Teduh. Namun, banyak yang mengatakan Is marah karena jumlah viewers Hanin Dhiya lebih banyak daripada video klip resminya Payung Teduh. Hahahaha , seru juga. Saya di sini tidak membahas Is Payung Teduh yang telah meninggalkan bandnya itu, bukan pula Hanin Dhiya yang imut-imut nggilani . Yang akan saya bahas adalah kasus Jerinx

Bikin Ruang: Sebuah Respon Atas Dominasi Seni Tradisional

Gambar
 Muhammad Ihsan Yurin Credit: Bikin Ruang Tulisan saya Menjadi Tukang Gambar di Boco Kopi beberapa waktu lalu dikomentari oleh empunya Boco Kopi, Ajiz. “Biasa saja”, katanya. Ditambah aksen “wkwkwk” dan kalimat pelipur lara, “tapi tetap menarik”. Hari ini, setidaknya saya sudah habiskan sepertiga buku Mark Manson: Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat. Di bab ketiga judul besar buku itu, Anda Tidak Istimewa, akhirnya bereaksi di kehidupan nyata saya. Nyatanya, tulisan saya memang biasa saja. Orang dengan tulisan luar biasa pun sebenarnya juga biasa saja. Ada ribuan manusia bisa menulis luar biasa, dan itu yang  menyebabkannya biasa. Lalu tulisan biasa? Ada ratusan juta mungkin. Dan ini menjadi sangat sangat sangat biasa. Jadi ya, biasa saja. Ini bukan pembelaan atau gerakan absurd untuk menutup muka. Ya, biasa saja. Gimana ya cara menjelaskannya? Tapi, lupakanlah. *** Sekitar dua bulan lalu, saya nonton video Paguyuban Pamitnya Meeting episode 12 bersama Rudolf Dethu d

Menjadi Tukang Gambar di Boco Kopi

Gambar
Oleh M. Ihsan Yurin Kegiatan Tukang Gambar di warkop Boco Kopi setiap Kamis mulai jam empat sore sampai pegal. (Semua foto adalah dokumentasi Boco Kopi) Ada yang pernah dengar istilah Boco Kopi? Anak Universitas Islam Riau (UIR) penghobi seni dan senang keliaran malam pasti sudah tidak asing lagi dengan nama salah satu warung kopi (warkop) yang baru buka sebelum Ramadan beberapa purnama lalu itu. Ya, Boco Kopi adalah nama warkop bertema klasik dan “amburadul”. Khas karakter seniman yang sering kalian lihat di televisi. Di sini kalian bisa nyeruput aneka kopi mulai dari robusta sampai varian arabika dan membaca buku sekaligus bertemu orang-orang “aneh”. Sekali lagi, khas seniman yang sering kalian lihat di televisi: gondrong, kucel, celana rowak-rawek belel entah sudah berapa lama tidak laundry , ikat pinggang dari tali rafia, sepatu Convers buluk, dan lainnya. Tapi jangan salah, kategori orang aneh yang akan kalian temukan bukan hanya itu. Orang aneh juga punya vari

Sekolah yang Malang

Gambar
http://siak-smpn1tualang.blogspot.com/2012/12/info-umum-smpn-1-tualang.html Oleh: M. Ihsan Yurin Akhir pekan ini begitu cepat. Tadi malam aku tiba di rumah sekitar pukul sepuluh. Lebih lama satu jam dari batas maksimal yang papaku berikan di weekend biasanya. Tapi papaku tak marah, sebab bus yang disewa sekolah untuk mengantar jemput atlet memang berjalan agak lambat demi kehati-hatian. Benar. Aku atlet, cabang bulu tangkis. Dan malam berlalu sangat cepat. Aku kelelahan bertanding mewakili sekolah di event open tournament tingkat provinsi yang diadakan di luar kota. Dan kini, sekilas berlalu, aku sudah berada di gerbang SMP, menjalani kewajiban lain yang tak kalah penting: belajar dan tentu saja, upacara. Pagi ini sangat tidak membahagiakan. Tapi aku tidak sendirian. Bahkan yang aku tahu, tak seorang pun siswa di muka bumi yang riang menyambut Senin. Aku masih di depan gerbang. Setelah mencium tangan papa, ia langsung menarik gas motor bututnya dan bergegas berangka

Pentingnya RUU Masyarakat Adat

Gambar
 Arika Harmon Foto: Putri Sari Dewi “Indonesia tanpa komponen adat, bagai raga tanpa nyawa” Penting untuk disadari bahwa selama ini negara hanya setengah-setengah didalam mengakui dan melindungi masyarakat adat beserta hak/ruang hidupnya. Padahal sangat jelas di depan kita bahwa negara ini bukan apa-apa tanpa komponen adat itu sendiri. Jika kita teliti, sumber keuangan Indonesia adalah hasil dari eksploitasi wilayah adat dan komponen adat oleh negara dan swasta. Namun yang sangat disayangkan nasib masyarakat selaku pemilik selalu terabaikan di dalamnya. Masyarakat adat selalu ditindas dengan alasan kepentingan pembangunan dan kemajuan. Banyak sudah kebijakan dilahirkan negara yang katanya adalah produk hukum sebagai bukti pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat/tradisional. Namun fakta yang kita hadapi belum ada satupun aturan tersebut yang secara global dan betul-betul serius mengurus masyarakat adat beserta komponennya. Sehingga, tak asing telinga saat menden

Dialog Warung Kopi

Gambar
Putri Sari Dewi Sketsa: Atar Abdullah Menghilangkan hakikat kopi. Tak pekat sepekat rindu Tak pahit sepahit cerita hidupku Dengan susu atau rindu itu pilihanmu. Dengan lancang kau berfatwa, di hadapan kopi berwarna yang kau hina-hina. Kulihat kau seperti pria yang hanya memuja selaput dara. Ku pesan kopi susu di kedai itu, tapi waktu datang tak terlihat seperti kopi bahkan susu, lebih terlihat minuman jus yang dulu dia anggap paling maknyus. Menghilangkan hakikat kopi yang ampasnya mengendap banyak dbawah, bukan di sekitar mulut penjaga kasir yang katanya mewah. Sudi kau terima aku di mejamu? Kutunjukkan potret kabut pagi. Lalu pengemis tanpa gigi. Lalu perempuan loper koran yang kehausan. Ketimbang kau mencaci gelasmu, sini hibahkan untukku. Kerongkonganku sudah kering sejak tadi. Tak apa ambillah gelas itu beserta isinya, tenggorokanku terlanjur muak dengan airnya. Aku lebih pilih beranjak pindah ke warung sebelah, mencari hakikat kopi yang

Tidak Terima

Gambar
Muhammad Ihsan Yurin Gambar oleh: M. Ihsan Yurin Aku benci mendapati kapitalisme mendominasi nurani sahabatku Aku muak menyadari sifat keji binatang bersarang lumut di dada rekanku Aku bingung harus apa karena semua mereka berpikir sama Dan aku depresi mendengar pengajar memupuk semua itu di benak mereka Kenapa aku beda? Apa aku harus juga agar selamat dari pestisida intra dan ekstra yang senantiasa mengganggu kepala? Beritahu aku Apa landasan aku menapak terlalu radikal? Apa PR-ku terlalu besar perihal mengubah mental? Aku bukan Jokowi Apalagi Prabowo Soeharto juga bukan aku sekali Aku adalah aku Aku ya aku Gitu Saya (2018)